I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Keberadaan hutan bagi masyarakat
yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan sangat penting karena hutan
merupakan sumber kehidupan antara
lain
sebagai sumber pangan, obat-obatan dan penghasilan bagi masyarakat.
Ketergantungan masyarakat terhadap hutan semakin besar sehingga diperlukan
upaya-upaya
melibatkan masyarakat dalam kegiatan kehutanan sehingga hasil dari
hutan
dapat tetap terjaga dan lestari.
Hutan rakyat menyimpan potensi yang
sangat berarti dalam pengelolaan hutan nasional. Hal tersebut antara lain
ditunjukkan oleh dimasukkannya hitungan potensi hasil hutan rakyat dalam
penyediaan bahan baku industri. Keyakinan tersebut semakin bertambah sejak
disadarinya terjadi penurunan potensi hutan negara secara pasti, baik yang
berasal dari hutan alam maupun tanaman. Pemahaman dan keyakinan itu sepatutnya
disyukuri yang diwujudkan dalam bentuk perhatian dan langkah tindak yang
mengarah kepada peningkatan kinerja
usaha
hutan rakyat (Arief, 2001).
Kemiri (Aleurites mollucana)
merupakan salah satu tanaman serbaguna
(Multi
Purpose Tree Spesies) yang termasuk famili euphorbiaceae. Tanaman kemiri
dikenal sebagai penghasil biji yang dimanfaatkan untuk bumbu masak, bahan baku
industri seperti cat, pernis, sabun, pengawet kayu, pembuatan lilin,
obat-obatan dan kosmetik. Kayu kemiri ringan (berat jenis kering udara 0,31) dengan
kelas awet V dan kelas kuat IV, dapat dibuat kayu lapis, peti, korek api,
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam laporan ini yaitu :
1.
Bagaimana
potensi tegakan kemiri di Desa
Sigimpu Kecamatan Palolo ?
2.
Bagaimana
nilai ekonomi tegakan kemiri di Desa
Sigimpu Kecamatan Palolo ?
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum
ekonomi sumber daya adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui potensi tegakan kemiri di Desa Sigimpu Kecamatan Palolo.
2. Untuk mengetahui nilai ekonomi dari tegakan kemiri yang berada di Desa Sigimpu Kecamatan Palolo.
Sedangkan
kegunaan dilaksanakannya praktikum ekonomi sumber daya hutan ini adalah :
1. Memberikan pemahaman tentang potensi tegakan kemiri di Desa Sigimpu
Kecamatan Palolo.
2. Dapat menghitung nilai ekonomi dari tegakan kemiri di Desa Sigimpu Kecamatan Palolo.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Deskripsi Pohon Kemiri
Kemiri (Aleurites moluccana Willd) merupakan suatu pohon serbaguna yang
sudah dibudidayakan secara luas di dunia. Jenis ini merupakan jenis asli Indo-Malaysia
dan sudah diintroduksikan ke Kepulauan Pasifik sejak zaman dahulu. Di
Indonesia, kemiri telah lama ditanam, baik untuk tujuan komersial maupun
subsistem untuk menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama bagi
masyarakat Indonesia bagian timur. Jenis ini dapat digunakan untuk berbagai
tujuan, bijinya dapat digunakan sebagai bahan media penerangan, masakan dan
obat-obatan sedangkan kayunya dapat digunakan sebagai bahan kontruksi bangunan (Krisnawati
dkk, 2011).
Kemiri (muncang, kemiling) merupakan tanaman
tahunan, pohonnya tinggi, besar, tingginya mencapai 10-40 meter, dengan
diameter 110 cm. Daunnya tersusun berseling dan sering kali bergerombol hampir
diujung ranting, panjang kira-kira 10 cm, bertangkai panjang. Lembaran daun
berbentuk bundar telur melebar, berkuping 3,5 atau 7, berujung runcing,
berpangkal bentuk jantung, berbulu tebal. Bunga berwarna putih
kekuning-kuningan, buah berdaging, berdiameter 5-6 cm, berlekuk 3-4, berisi 1
biji (disebut buah jantan) 2 biji (buah betina), kadang-kadang 3 biji. Bijinya
terbungkus oleh tempurung yang tebalnya 3-5 mm, berukuran besar, berbentuk
runcing diujung, agak rata dipangkal, berbisul kasar. Biji yang telah
tergeletak di tanah berwarna hitam. Bobot biji 10-14 g/butir, atau 1 kg berisi
80-90 butir dan mengandung minyak (Badan Pengelolaan Gedung Manggala Wanabakti,
1995).
Musim
berbunga atau berbuah bagi pohon kemiri tergantung pada iklim setempat. Musim
berbunga biasanya terjadi pada permulaan musim penghujan, sedangkan musim
berbuah terjadi setelah 3-4 bulan dari tumbuhnya bunga atau pada akhir musim
hujan. Dengan demikian, musim berbunga dan berbuah bagi tanaman kemiri
berlainan untuk tiap daerah (Samudin, 1994)
2.2 Klasifikasi Ilmiah
Sistematika tanaman kemiri adalah sebagai
berikut:
Kingdom
: Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Aleurites
Jenis : Aleurites moluccana (L.) Willd
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Marga : Aleurites
Jenis : Aleurites moluccana (L.) Willd
2.3 Daerah penyebaran
Kemiri memiliki daerah penyebaran geografis yang luas. Jenis
ini merupakan jenis asli Indo-Malaysia (termasuk Brunei, Kamboja, Cina,
Kepulauan Cook, Fiji, Polinesia Perancis, Indonesia, Kiribati,
Laos, Malaysia, Kepulauan Marshall, Myanmar, Kaledonia Baru, Pulau
Norfolk, Papua Nugini, Filipina, Samoa, Kepulauan Solomon, Thailand,
Tonga, Vanuatu dan Vietnam). Kemiri juga telah
berhasil diintroduksikan di Antigua dan Barbuda, Bahama,Bangladesh,
Barbados, Brasil, Kuba, Republik Dominika, Grenada, Guadeloupe, Haiti,
India,Jamaika, Jepang, Kenya, Martinique, Montserrat, Antillen Belanda,
Puerto Rico, Sri Lanka, St Kitts dan Nevis, St Lucia, St Vincent dan
Grenadines, Trinidad dan Tobago, Uganda, Amerika Serikat dan Virgin Islands
(Amerika) (Elevitch dan Manner 2006).
Tanaman
kemiri (Aleurites moluccana Willd) adalah suatu tanaman yang berasal dari
famili Euphorbiceae. Kemiri pada mulanya berasal dari Hawaii kemudian tersebar
sampai ke Polynesia Barat lalu ke Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia sendiri,
kemiri tersebar ke berbagai propinsi dan dapat tumbuh dengan baik. Kemudahan
kemiri untuk tumbuh di berbagai tempat membuat produksi kemiri meningkat dari
tahun ke tahun sehingga kemiri menjadi komoditas dalam negeri dan ekspor di
Indonesia. Umumnya kemiri diekspor ke Singapura, Hongkong dan Eropa (Heyne,
1987).
Kemiri tumbuh secara alami di hutan
campuran dan hutan jati pada ketinggian 150-1000 m di atas permukaan laut serta
ketinggian tanaman dapat mencapai 40 m. Tanaman kemiri tidak begitu banyak
menuntut persyaratan tumbuh, sebab dapat tumbuh di tanah-tanah kapur, tanah
berpasir dan jenis tanah-tanah lainnya. Tanaman kemiri sekarang sudah tersebar
luas di daerah-daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapai sekitar 15-25 meter.
Biji yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan
mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai
lilin.
Produktivitas pohon kemiri untuk
menghasilkan biji meningkat hingga umur 20 tahun dan mulai menurun pada umur 70
tahun Tegakan kemiri dengan kerapatan
200 pohon /Ha diharapkan dapat menghasilkan sekitar 80 kg biji per pohon per
tahun. Dari jumlah ini, sekitar 20% dapat diekstrak sebagai minyak kemiri (Muspida,
2008).
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan Tempat
3.2 Alat dan bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum Ekonomi Sumber Daya Hutan adalah
haga meter, meteran roll, pita ukur, alat tulis-menulis, kompas, kamera, tally
sheet dan tali rafia.
3.3 Cara Kerja
Adapun langkah kerja yang dilakukan
dalam praktikum yaitu
:
1. Terlebih
dahulu kita menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengukur
tali rafia sepanjang 25 m dan membuat plot ukuran 25m x 25m menggunakan meteran
rol, dan kompas, kemudian plot ditandai dengan menggunkan tali rafia.
3. Mengukur diamater pohon dengan menggunakan pita
ukur.
4. Mengukur tinggi bebas cabang dan tinggi total
pohon menggunakan hagameter.
5. Kemudian mengukur titik koordinat X dan Y dari
setiap pohon yang ada di dalam plot menggunakan meteran roll.
6. Mencatat data hasil pengukuran kedalam Tally
Sheet.
3.4 Analisis Data
Adapun Analisis data yang di gunakan dalam
praktikum ini yaitu :
1.
Volume
V =1/4 x π x D2 x h x fx
Ket
:
V :
Volume Pohon (
Π :
3.14
D :
Diameter Pohon (m)
H :
Tinggi Pohon (m)
Fx :
Faktor Koreksi
2.
Nilai Tegakan Berdiri
Si = ( Pi x
Vi ) – Ci
Ket :
Si :
Nilai Tegakan Pohon (Rp/Ha)
Pi :
Harga Kayu (Rp/
Vi :
Volume Produksi (
Ci :
Biaya Produksi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengukuran Tegakan Kemiri Plot 2
No. Pohon
|
Jenis Pohon
|
Keliling Batang (cm)
|
Koordinat X
(m)
|
Koordinat Y
(m)
|
TBC (m)
|
Tinggi Total Pohon
(m)
|
Tinggi Pangkal
|
Diameter tajuk 1
(m)
|
Diameter tajuk 2
(m)
|
Jarak (m)
|
1
|
Kemiri
|
65
|
0
|
14,30
|
1,43
|
11,61
|
115°
|
7,30
|
7,50
|
9
|
2
|
Kemiri
|
53
|
6,50
|
10,70
|
1,36
|
11,7
|
118°
|
6,50
|
6,50
|
6
|
3
|
Kemiri
|
46
|
24,67
|
21,10
|
1,30
|
8,5
|
100°
|
6,30
|
6,70
|
5
|
4
|
Kemiri
|
23
|
7
|
9,40
|
1
|
8,37
|
110°
|
3
|
3,40
|
5,40
|
5
|
Kemiri
|
51
|
6
|
3,10
|
1,40
|
5,95
|
110°
|
6,60
|
7,40
|
5
|
4.1.2 Tabel Hasil Pengukuran Tegakan Kemiri Plot 10
No. Pohon
|
Jenis Pohon
|
Keliling Batang (cm)
|
Koordinat X
(m)
|
Koordinat Y
(m)
|
TBC (m)
|
Tinggi Total Pohon
(m)
|
Tinggi Pangkal
|
Diameter tajuk 1
(m)
|
Diameter tajuk 2
(m)
|
Jarak (m)
|
1
|
Kemiri
|
20
|
1,70
|
2,70
|
1,13
|
3,01
|
100°
|
3,10
|
2,50
|
7
|
2
|
Kemiri
|
20
|
22,30
|
24,35
|
0,85
|
4,15
|
105°
|
2,60
|
2,40
|
5
|
3
|
Kemiri
|
51
|
12,64
|
21,20
|
1,20
|
5,81
|
90°
|
6
|
6,20
|
7
|
4
|
Kemiri
|
53
|
19,6
|
24
|
1,50
|
8,72
|
105°
|
5,50
|
6
|
8
|
5
|
kemiri
|
65
|
7,30
|
9,60
|
1,50
|
14,48
|
95°
|
7,40
|
8
|
8
|
6
|
kemiri
|
63
|
12
|
10
|
1,70
|
12
|
95°
|
8
|
9
|
8
|
7
|
kemiri
|
44
|
9
|
6,50
|
1,60
|
8,1
|
95°
|
4,70
|
5,70
|
7,50
|
4.2 Pembahasan
4.2.1 Volume Tinggi Batang Bebas Cabang Pohon
Kemiri
1. Pohon kemiri (Alaurites moluccana) pada plot 2
pohon 1 :
Dik : Tan α =
V =
x
=
=
= 0,0384
Pohon 2 :
V =
x
=
=
= 0,0242
Pohon 3 :
V =
x
=
=
= 0,0174
Pohon 4 :
V =
x
=
=
= 0,0033
Pohon 5 :
V =
x
=
=
= 0,0231
2. Pohon kemiri (Alaurites
moluccana) pada plot 10
Pohon 1 :
V =
x
=
=
= 0,0028
Pohon 2 :
V =
x
=
=
= 0,0021
Pohon 3
:
V =
x
=
=
= 0,0198
Pohon 4 :
V =
x
=
=
= 0,0267
Pohon 5 :
V =
x
=
=
= 0,0403
Pohon 6 :
V =
x
=
=
= 0,0429
Pohon 7 :
V =
x
=
=
= 0,0196
4.2.2 Volume Tinggi Total Pohon
Kemiri
1. Pohon kemiri (Alaurites moluccana) pada plot 2
Pohon 1 :
V =
x
=
= 0,3120
Pohon 2 :
V =
x
=
=
= 0,2086
Pohon 3 :
V =
x
=
=
= 0,0010
Pohon 4 :
V =
x
=
=
=0,0278
Pohon 5 :
V =
x
=
=
= 0,0982
2. Pohon kemiri (Alaurites moluccana) pada plot 10
Pohon 1 :
V =
x
=
=
= 0,0075
Pohon 2 :
V =
x
=
=
= 0,0104
Pohon 3 :
V =
x
=
=
= 0,0959
Pohon 4 :
V =
x
=
=
= 0,1555
Pohon 5 :
V =
x
=
=
= 0,3891
Pohon 6 :
V =
x
=
=
= 0,3029
Pohon 7 :
V =
x
=
=
= 0,0997
4.2.3 Nilai Ekonomi Tegakan Kemiri
Dari hasil praktikum lapangan mengenai ekonomi sumber
daya hutan (ESDH) adalah sebagai berikut:
Data
yang di perlukan adalah:
- Volume
pohon keseluruhan jenis =1.7086
/Ha.
- Harga
kayu bulat m3/jenis = Rp.300,000,00 (Alam, 2007)
- Biaya
Produksi = Rp 400,000,00 (Alam, 2007)
Dan
rumus untuk mencari stumpage value (Nilai Tegakan) yaitu:
Si = ( Pi x Vi ) – Ci
= ( Harga kayu x Volume produksi ) –
Biaya produksi
= ( 300,000,00 x 1. 7086 ) - 400.000,00
= 512,580,00 – 400,000,00
= Rp.112,580,00
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan,di dapatkan hasil
jumlah seluruh volume tegakan kemiri pada
plot 2 dan 10 yaitu berjumlah 1.7086
/Ha..
Kemudian untuk harga dari pada kayu kemiri yaitu Rp. 300.000 sedangkan untuk
biaya produksinya sendiri yaitu sebesar Rp. 400.000. Maka dari itu,Jumlah nilai
tegakan bendiri dari Pohon Kemiri yaitu sebesar Rp.112,580,00/Ha. Kayu
kemiri dimanfaatkan untuk keperluan bahan bangunan dan dijual ke Ujung Pandang
dalam bentuk kayu bantalan. Harga kayu bantalan di pinggir jalan yang dapat
terjangkau mobil truk Rp 300,000
. Sedangkan harga kayu berdiri per
pohon bervariasi antara Rp 20.000 – Rp 60.000. Harga kayu berdiri ditentukan
oleh volumenya dan jaraknya dari jalan yang dapat dijangkau kendaran. Untuk
perhitungan nilai kayu kemiri digunakan daur 30 tahun sesuai kebiasan
masyarakat dalam melakukan regenerasi pohon kemirinya, luas areal 9.299 ha,
harga rata - rata kayu per pohon berdiri (stumpage value) sebesar Rp 40.000 dan
jumlah pohon 216 pohon/ha. Hasil perhitungan diperoleh angka Rp
288.000/ha/tahun.
Nilai kayu kemiri ini sesungguhnya
masih rendah, karena harga di tingkat petani masih sangat rendah, hal ini
disebabkan biaya penenan yang sangat tinggi. Untuk menghasilkan 1
kayu bantalan dibutuhkan 2 pohon kayu kemiri.
Jadi harga kayu kemiri di tingkat petani hanya Rp 80.000/
. Kemudian sisanya adalah biaya,
penebangan, pembuatan bantalan, pengangkutan ke jalan yang dapat dilalui
kendaran dan keuntungan pedagang lokal. Pedagang lokal dapat memperoleh
keuntungan rata – rata Rp 25.000/
. Seandainya biaya transpor ini
dapat dikurangi maka petani dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar lagi
dari usaha kayu kemiri (Saputra, 2007).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan pada halaman sebelumnya, kita dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Potensi tegakan kemiri di Desa
Sigimpu Kecamatan Palolo yaitu cukup banyak hal ini di buktikan banyaknya pohon
yang berada dalam setiap plot yang telah di buat sebelumnya.
2. Jumlah seluruh volume tegakan kemiri
pada plot 2 dan 10 yaitu berjumlah 1.7086
/Ha.
Kemudian untuk harga dari pada kayu kemiri yaitu Rp. 300.000 sedangkan untuk
biaya produksinya sendiri yaitu sebesar Rp. 400.000. Maka dari itu, Jumlah
nilai tegakan bendiri dari Pohon Kemiri yaitu Sebesar Rp.112,580,00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar