Halaman

Sabtu, 18 Februari 2017

Laporan Inderaja (Penafsiran Potret Udara dan Citra Satelit)

I.                  PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Penginderaan Jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek, wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak langsung terhadap obyek, wilayah, atau gejala yang dikaji..( Lillesand dan Kiefer, 2007).
Penginderaan jauh adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang obyek atau gejala di permukaan bumi (atau permukaan bumi) tanpa melalui kontak langsung. Teknologi ini dapat pula diartikan sebagai kegiatan perolehan informasi tentang permukaan bumi dengan menggunakan citra yang diperoleh dari dirgantara menggunakan energi elektromagnetik pada satu atau beberapa bagian spektrum elektromagnetik yang dipantulkan maupun dipancarkan dari permukaan bumi (Campell, 1996, dalam Sigit, 2008). Penginderaan jauh terdiri dari komponen-komponen yang membentuk suatu sistem: energi elektromagnetik, atmosfer, obyek permukaan bumi, dan sensor (Curran, 1985).
Perjalanan energi tersebut membawa informasi dari muka bumi pada data citra yang siap digunakan untuk berbagai keperluan. Secara singkat beberapa subsistem penting dalam penginderaan jauh dapat disebutkan sebagai berikut :
1.    Sumber energi yang merupakan hal utama yang diperlukan dalam penginderaan jauh sebagai penyedia enegi yang dipancarkan.
2.    Radiasi dan atmosfer, Sebagai perjalanan energi dari sumber ke target.
3.    Interaksi energi dengan Target
4.    Perekaman energi oleh sensor
5.    Transmisi energi dari sumber ke sensor
6.    Interpretasi dan analisis data hasil perekaman
7.    Aplikasi
Satelit penginderaan jauh sumber daya yang banyak dimanfaatkan selama ini merupakan satelit yang menggunakan sistem optis. Penginderaan jauh sistem optis ini memanfaatkan spektrum tampak hingga infra merah. Rentang gelombang elektromagnetik yang lebih luas dalam penginderaan jauh meliputi gelombang pendek mikro hingga spektrum yang lebih pendek seperti gelombang infra merah, gelombang tampak, dan gelombang ultra violet. (id.wikipedia.org)
Penginderaan jauh berkembang dalam bentuk pemrotretan muka bumi melalui wahana pesawat terbang yang menghasilkan foto udara dan bentuk penginderaan jauh berteknologi satelit yang mendasarkan pada konsep gelombang elektromagnetis. Dalam perkembangannya saat ini, dengan adanya teknologi satelit berresolusi tinggi, pengenalan sifat fisik dan bentuk obyek dipermukaan bumi secara individual juga dapat dilakukan.
Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh berteknologi satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi berkas cahaya yang berasal dari sinar matahari dan obyek di permukaan bumi. Pantulan sinar matahari dari obyek di permukaan bumi ditangkap oleh kamera atau sensor. Tiap benda atau obyek memberikan nilai pantulan yang berbeda sesuai dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media seluloid (film), sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya potret udara juga seringkali dilakukan dalam bentuk digital. (malikaprianto10.blogspot.com)
Data penginderaan jauh adalah berupa citra. Citra penginderaan jauh memiliki beberapa bentuk yaitu foto udara ataupun citra satelit. Data penginderaan jauh tersebut adalah hasil rekaman obyek muka bumi oleh sensor. Data penginderaan jauh ini dapat memberikan banyak informasi setelah dilakukan proses interpretasi terhadap data tersebut.
Interpretasi citra merupakan serangkaian kegiatan identifikasi, pengukuran dan penterjemahan data-data pada sebuah atau serangkaian data penginderaan jauh untuk memperoleh informasi yang bermakna. Sebuah data penginderaan jauh dapat diturunkan banyak informasi dari serangkaian proses interpretasi citra ini. Dalam proses interpretasi, obyek diidentifikasikan berdasarkan pada karakteristik berikut :
-  Target dapat berupa fitur titik, garis, ataupun area.
-  Target harus dapat dibedakan dengan obyek lainnya.
Kemampuan teknologi penginderaan jauh dalam perolehan informasi yang luas tanpa persinggungan langsung dengan obyeknya banyak dimanfaatkan dalam berbagai hal yang bersifat spasial. Hingga saat ini penginderaan jauh telah diaplikasikan untuk keperluan pengelolaan lingkungan, ekologi, degradasi lahan, bencana alam, hingga perubahan iklim. (idoyfadilah.blogspot.com)
1.2    Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini yaitu
1.      Bagaimanah cara melakukan Composit band pada citra landsat 8 ?
2.      Bagaimanah cara melakukan penajaman citra satelit yang telah di Composit sebelumnya ?
3.      Bagaimanah cara melakukan proses klasifikasi tak terbimbing citra (Unsupervised Classification) ?
1.3    Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan dari praktikum Inderaja 1 yaitu untuk mengetahui cara mengoperasikan program ArcGis 10.2 dan mengelolah citra berupa Composit Band, Penajaman Citra dan Klasifikasi Tak Terbimbing















II.               TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawatpesawat luar angkasasatelitkapal atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit observasi bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit. Di masa modern, istilah penginderaan jauh mengacu kepada teknik yang melibatkan instrumen di pesawat atau pesawat luar angkasa dan dibedakan dengan penginderaan lainnya seperti penginderaan medis atau fotogrametri. Walaupun semua hal yang berhubungan denganastronomi sebenarnya adalah penerapan dari penginderaan jauh (faktanya merupakan penginderaan jauh yang intensif), istilah “penginderaan jauh” umumnya lebih kepada yang berhubungan dengan teresterial dan pengamatan cuaca. (Curran, 1985).
Dan dapat disimpulkan bahwa penginderaan jauh adalah suatu ilmu, seni, dan teknik dalam usaha untuk mengetahui benda, gejala, dan area dari jarak jauh dengan menggunakan alat pengindera berupa sensor buatan. Sensor buatan yang digunakan dalam penginderaan jauh dapat berupa kamera, sonar, radiometer, atau magnetometer yang dipasang pada wahana pesawat terbang, satelit, pesawat ulang alik, dan sebagainya.
Adapun pengertian pengindraan jauh menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :
  1. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu penggunaan sensor radiasi elektromagnetik untuk merekam gambar lingkungan bumi yang dapat diinterpretasikan sehingga menghasilkan informasi yang berguna
  2. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas jauh dari objek yang diindera. Foto udara, citra satelit, dan citra radar adalah beberapa bentuk penginderaan jauh.
  3. Penginderaan jauh (remote sensing), yaitu ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai permukaan bumi seperti lahan dan air dari citra yang diperoleh dari jarak jauh. Hal ini biasanya berhubungan dengan pengukuran pantulan atau pancaran gelombang elektromagnetik dari suatu objek.
2.2    Composit Citra
Komposit citra adalah penggabungan 3 saluran (band) untuk menonjolkan masing-masing keunggulan saluran secara serentak dalam suatu display, sehingga memudahkan pengguna dalam intrepretasi citra secara visual. Citra ini merupakan perpaduan 3 saluran, dengan masing-masing saluran diberi warna dasar, yaitu merah, hijau dan biru (RGB). Ketersediaan citra multispketral dengan jumlah saluran yang lebih banyak memberikan kemungkinan yang lebih banyak dalam membuat kombinasi citra komposit. Citra komposit warna asli pun dapat dihasilkan, bila tersedia saluran-saluran biru, hijau dan merah. (setiyawanhardiyanto.blogspot.com)
2.3    Penajaman Citra
Penajaman citra (enhancement), yaitu mengubah nilai piksel secara sistematis sehingga menghasilkan efek kenampakan citra yang lebih ekspresif sesuai dengan kebutuhan pengguna. Meliputi semua operasi yang menghasilkan citra baru dengan kenampakan visual dan karakteristik spektral yang berbeda. Penajaman Kontras ini bertujuan untuk memperoleh kesan kontras yang lebih tinggi. Dengan mentransformasi seluruh nilai kecerahan maka hasilnya adalah berupa citra baru dengan nilai maksimum awal, dan nilai minimum baru lebih rendah dari nilai minimum awal dan jika dilihat secara visual hasilnya berupa citra baru yang variasi hitam putihnya lebih menonjol sehingga tampak lebih tajam dan memudahkan proses interpretasi. (Colwell, 1984)
Perentangan kontras citra dapat dilakukan dengan merentangkan nilai kecerahan pikselnya. Citra asli biasanya memiliki panjang gelombang yang lebih sempit dari 0-255. Sehingga hasil citra baru memiliki histogram yang memiliki kurva lebih besar.
Pemfilteran adalah cara untuk ekstraksi bagian data tertentu dari suatu himpunan data dengan menghilangkan bagian-bagian data yang tidak diinginkan.
Filter dirancang untuk menyaring informasi spectral sehingga menghasilkan citra baru yang mempunyai variasi nilai spektral yang berbeda dengan citra asli. Terdapat 2 jenis filtering, yaitu filter high pass dan filter low pass.
1.      Filter high pass menghasilkan citra dengan variasi nilai kecerahan yang besar dari piksel ke piksel, sedangkan filter low pass justru sebaliknya, memiliki fungsi untuk menaikkan frekwensi sehingga batas satu bentuk dengan bentuk lainnya menjadi jelas. Tujuannya untuk menonjolkan perbedaan antara objek ataupun perbedaan nilai, kondisi ataupun sifat antar objek yang diwakili oleh nilai piksel.
2.      Filter low pass adalah batas antara satu bentuk dengan bentuk lainnya menjadi kabur sehingga terkesan memiliki gradasi yang halus. Tujuannya untuk memperhalus kenampakan citra.
2.4    Unsupervised Clasification
Klasifikasi citra merupakan teknik yang digunakan untuk menghilangkan informasi rinci dari data input untuk menampilkan pola-pola penting atau distribusi spasial untuk mempermudah interpretasi dan analisis citra sehingga dari citra tersebut diperoleh informasi yang bermanfaat atau sesuai dengan keperluan. Untuk pemetaan penutup lahan, hasilnya bisa diperoleh dari proses klasifikasi multispektral citra satelit. Klasifikasi multispektral sendiri andalah algoritma yang dirancang untuk menyajikan informasi tematik dengancara mengelompokkan fenomena berdasarkan satu kriteria yaitu nilai spektral.
Klasifikasi multispektral diawali dengan menentukan nilai piksel tiap objek sebagai sampel. Selanjutnya nilai piksel dari tiap sampel tersebut digunakan sebagai masukkan dalam proses klasifikasi. Perolehan informasi tutupan lahan diperoleh berdasarkan warna pada citra, analisis statik dan analisis grafis. Analisis static digunakan untuk memeperhatikan nilai rata-rata, standar deviasi dan varian dari tiap kelas sampel yang diambil guna menentukan perbedaan sampel. Analisis grafis digunakan untuk melihat sebaran-sebaran piksel dalam suatu kelas. (Campbell, 1987)
Unsupervised (tanpa bimbingan) Cara kerja metode ini merupakan kebalikan dari metode supervised, dimana nilai-nilai piksel dikelompokkan terlebih dahulu oleh komputer ke dalam kelas-kelas spektral menggunakan algoritma klusterisasi. Dalam metode ini, di awal proses biasanya analis akan menentukan jumlah kelas (cluster) yang akan dibuat. Kemudian setelah mendapatkan hasil, analis menetapkan kelas-kelas objek terhadap kelas-kelas spektral yang telah dikelompokkan oleh komputer. Dari kelas-kelas (cluster) yang dihasilkan, analis bisa menggabungkan beberapa kelas yang dianggap memiliki informasi yang sama menjadi satu kelas. Misal class 1, class 2, dan class 3 misalnya adalah hutan, perkebunan, sawah maka analis bisa mengelompokkan kelas-kelas tersebut menjadi satu kelas yaitu kelas vegetasi. Jadi, pada metode ini tidak terdapat campur tangan manusia. (blog.ub.ac.id/danik)
















III.           METODE PELAKSANAAN
3.1    Waktu dan Tempat
3.2    Bahan dan Alat
Adapun Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu : Citra Landsat 8, Perangkat Laptop, Kabel Roll, dan Alat Tulis Menulis.
3.3    Teknik Pelaksanaan
·         Cara Kerja Modul 1 ( Composit Citra )
1.      Buka aplikasi ArcGIS 10 yang telah terinstal sebelumnya di dalam laptop
2.      Setelah itu, Add data yang akan di komposit
3.      Kemudian, setelah kita Add data selanjutnya yaitu klik Geoprocessing pada pada menu, kemudian pilih ArcToolbox dan klik Management tool, kemudian klik Raster, selanjutnya klik Raster Processing dan terakhir klik Composite Band
4.      Kemudian setelah muncul kotak dialog composite band, pada bagian input raster diisi dengan citra yang akan di composit, setelah selesai kemudian pada bagian output raster kita ganti nama sesuai dengan yang kita inginkan. Setelah itu kita klik OK
5.      Tunggu sampai proses Composit selesai
·         Cara Kerja Modul 2 ( Penajaman Citra )
1.      Buka aplikasi ArcGIS 10 yang telah terinstal sebelumnya di dalam laptop
2.      Kemudian kita buka citra komposit yang telah kita buat sebelumnya melalui Add data
3.      Setelah citra kompositnya muncul maka langkah selanjunya yaitu pilih dan klik Geoprocessing kemudian pilih dan klik Raster, kemudian Raster Processing, setlah itu klik Create Pan Sharpened Raster Dataset
4.      Kemudian setelah muncul kotak dialog Create Pan Sharpened Raster dataset, selanjunya pada bagian input raster kita isi dengan data citra landsat 8 dengan Band 8 pula. Kemudian pada kotak Red, Green dan Blue di isi angka 3, 2 dan 1. Kemudian pada bagian output raster kita isi dengan judul dari pada penyimpanan yang kita inginkan, setelah itu pada bagian Panchromatic image di isi dengan data citra yang telah di komposit sebelumnya.
5.      Setelah itu, klik OK dan tunggu  sampai proses selesai.
·         Cara Kerja Modul 3 ( Klasifikasi Tak Terbimbing Citra)
1.      Pertama,kita lanjutkan data yang telah kita pertajam citranya.
2.      Kemudian, kita pilih Geoprocessing dan klik Arctoolsbox kemudian spasial anayst tool selanjutnya multivariate dan pilih iso klaster
3.      Setelah muncul dialog Iso Cluster masukkan citra yang akan diklasifikasikan (citra hasil komposit) pada input raster band dan masukan nama file untuk output raster. Setelah itu, tentukan jumlah kelas pada kotak Number of classes kemudian klik OK
4.      Setelah proses Iso cluster selesai maka proses selanjutnya menggunakan Maksimum likelihood clasification. Lokasinya sama dengan lokasi Iso Claster pad Arc toolbox
5.      Kemudian setelah kotak dialog Maksimum Likelihood classification masukkan citra yang akan diklasifikasi (citra hasil komposit) pada input Raster Band, selanjutnya masukkan file GSG hasil dari Iso Klaster pada input Signature File, Kemudian beri nama file, kemudian beri nama file hasil klasifikasi pada kolom Output classified Raster selanjunya OK










IV.           HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1    Hasil
4.1.1        Modul 1 ( Composit Citra )
Gambar 1. Hasil Composit Citra







4.1.2        Modul II ( Penajaman Citra )
Gambar 2. Hasil Penajaman Citra








4.1.3        Modul III ( Klasifikasi Tak Terbimbing Citra )
Gambar 3. Hasil Unsupervised Classification







4.2    Pembahasan
Composit Citra Kenampakan Citra pada Layer 1, yaitu masih ditampilkan dalam bentuk hitam dan putih. Kenampakan Grace scale masih memiliki 1 Band, Kenampakan gambarnya tidak begitu jelas dan tidak dapat membedakan secara detail tentang objek tersebut. Warnanya hanya Hitam dan Putih sehingga pemukiman, hutan primer,hutan Sekunder ataupun objek yang lainnya tidak dapat dibedakan secara detail dan jelas, dan bila gambar pada layer 1 diperbesar maka gambarnya akan pecah, terlihat jelas pixel-pixel bentuknya, atau Kotak-kotak.
Kenampakan Citra pada Layer 2, yaitu sudah ditampilkan dalam RGB, mempunyai 3 Band yaitu R = layer 4, G = 6, dan B = 3. Karena sudah ditampilkan dalam 3 band sekaligus (colour Compositre) maka tampilan gambarnya pun lebih jelas unutk di Interpretasikan dapat kita bedakan semua objek-objek yang ada di gambar tersebut, misalnya Awan, Vegetasi, Air dan lahan terbuka, sudah lebih jelas dari penampakan layer 1.
Penajaman Citra Kenampakan pada Viewer 1 dengan kenampakan yang tidak ditajamkan citrannya, sebenarnya gambarnya sudah cukup jelas dapat dibedakan objek-objek yang ada di dalamnya, walaupun mungkin perbedaan kontrasnya antara viewer 1 dan viewer 2, berbeda.
Kenampakan pada viewer 2 yang sudah dilakukan penajaman kontras di dalamnya, sudah jelas dan mudah untuk di interpretasikan. Dengan kontras yang lebih tajam menjadikan gambar pada viewer 2 sudah sangat jelas dibedakan objek-objek yang ada di dalam gambar tersebut, dsibandingkan gambar pada viewer 1.
Klasifikasi Tak Terbimbing (Unsupervised) Kenampakan pada  Viewer 1 piksel dan sejumlah kelas masih belum bisa di bedakan secara spesifik sehingga tidk dapat mempresentasikan satu identitas dengan property yang spesifik.
Kenampakan pada Viewer 2 dimana kenampakan ini sydah dengan jelas membedakan antara tiap piksel dan kelas yang berbedaa disertai dengan warna yang berbeda pula, sehingga kita sudah dapat dengan mampu membedakan atara tiap warna yang tertera sesuai dengan peruntukan yang kita ingingkan.
Penginderaan jauh (atau disingkat inderaja) adalah pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain. Contoh dari penginderaan jauh antara lain satelit pengamatan bumi, satelit cuaca, memonitor janin dengan ultrasonik dan wahana luar angkasa yang memantau planet dari orbit.Unsur-unsur interpretasi citra yaitu, warna, rona, bentuk, pola, bayangan,situs, dan Asosiasi. Pada Praktikum kali ini, kita menggunakan 2 macam band yaitu band 1 dimana kenampakan citra pada band 1 hanya 2 warna yaitu hitam, dan Putih. Band yang satu lagi yaitu Colour Composite terdiri atas 3 warna yaitu R=Red, G=Green, B=Blue. Citra dapat Ditajamkan dengan penajaman citra dimana mempunyai pengertian, Penajaman citra (enhancement), yaitu mengubah nilai piksel secara sistematis sehingga menghasilkan efek kenampakan citra yang lebih ekspresif sesuai dengan kebutuhan pengguna.Citra dapat di klasifikasikan menjadi 2, yaitu Supervised (dengan bimbingan) dan Unsupervised (tanpa Bimbingan).





















V.               PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Pengindraan jauh sering disingkat indraja. Menurut Lillesand dan Keifer, indraja adalah ilmu atau teknik dan seni untuk mendapatkan informasi tentang objek / wilayah / gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dari suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek/ wilayah / gejala yang sedang dikaji.
Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor. Data indraja juga berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual. Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra. Data citra dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaran planimetri. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.
Interpretasi citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut. Di dalam interpretasi citra terdapat 2 kegiatan utama, yaitu pengenalan benda (objek) dan pemanfaatan informasi.
Langkah-langkah yang umum dilakukan untuk memperoleh data indraja adalah mendeteksi, mengidentifikasi, dan menganalisis objek pada citra sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai bidang.
5.2    Saran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar