Halaman

Sabtu, 18 Februari 2017

Laporan Perlindungan Hutan

I.                  PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Pembangunan hutan tanaman merupakan suatu kegiatan penting untuk memenuhi berbagai fungsi produksi dan perlindungan, dan apabila direncanakan dengan baik dari hutan tanaman dapat diperoleh pula kestabilan lingkungan. Pembangunan hutan tanaman umumnya dilakukan dengan pola tanam satu jenis (monokultur), sehingga hutan tanaman merupakan suatu ekologi binaan dengan budidaya pohon hutan, dan menerapkan silvikultur intensif. (Soeratmo, 1979)
Kesengajaan menyederhanakan ekosistem alam menjadi ekosistem rekayasa seperti pola pertanaman monokultur tersebut sangatlah rentan terhadap kerusakan hutan yang disebabkan faktor biotik dan abiotik. Upaya mengurangi dan menghindarkan hutan tanaman dari kerusakan menjadi bagian dari substansi strategi silvikultur yang diletakkan sejak awal. Oleh karena itu tindakan perlindungan hutan tidak dapat dianggap sebagai satu penyelesaian masalah kerusakan sesaat, atau hanya merupakan tindakan darurat, melainkan lebih diarahkan untuk mengenali dan mengevaluasi semua sumber kerusakan yang potensial, agar kerusakan yang besar dapat dihindari.
Perlindungan hutan mengutamakan pencegahan awal terjadinya atau perkembangan suatu kerusakan hutan melalui perencanaan silvikultur dan pengelolaan yang baik. Apabila dapat diwujudkan maka prosedur itu akan lebih efektif daripada pengendalian langsung setelah kerusakan yang besar terjadi. Oleh karena itu teknik pencegahan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) di sektor kehutanan perlu segera mendapat perhatian khusus, karena masalah OPT sektor kehutanan di Indonesia masih kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kegiatan perlindungan hutan yang lain. Upaya ini harus ditempuh karena masalah OPT merupakan bagian integral dari kegiatan pengelolaan hutan. Para ahli kehutanan mengatakan bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan kerusakan hutan, baik yang berasal dari luar hutan maupun faktor-faktor yang berhubungan dengan perkembangan hutan itu sendiri. Faktor-faktor penyebab kerusakan hutan dapat terdiri dari organisme hidup (biotik) atau faktorfaktor lingkungan fisik (abiotik). Penyebab kerusakan hutan dari organisme hidup salah satunya adalah penyakit hutan. Penyakit hutan dapat menimbulkan kerugian antara lain mengurangi kuantitas dan kualitas hasil dan meningkatnya biaya produksi
Dalam ini sumber daya hutan baik hutan alam maupun hutan tanaman yang ada di hampir sebagian besar wilayah Indonesia telah mengalami penurunan fungsi secara drastis dimana hutan tidak lagi berfungsi secara maksimal sebagai akibat dari ekploitasi kepentingan manusia baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Oleh karena itu penyelamatan fungsi hutan dan perlindunganya sudah saatnya menjadi tumpuan harapan bagi kelangsungan jasa produksi ataupun lingkungan.        
            Mengingat tinggi dan pentingya nilai hutan, maka upaya pelestarian hutan wajib dilakukan apapun konsekuensi yang harus dihadapi, karena sebetulnya peningkatan produktivitas dan pelestarian serta perlindungan hutan sebenarnya mempunyai tujuan jangka panjang, oleh karena itu perlu dicari solusi yang tepat untuk mempertahankan produktivitas tegakan ataupun ekosistem hutan.
1.2     Tujuan dan Kegunaan 
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui  frekuensi serangan dan intensitas serangan hama dan penyakit pada pohon jati (Tectona grandis L.f) di Desa Jono Oge, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.
Kegunaan dilakukannya praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis serangan hama, penyakit pada pohon jati (Tectona grandis L.f) di Desa Jono Oge, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi.











II.               TINJAUAN PUSTAKA
2.1     Tanaman Jati (Tectona grandis L.f)
Tanaman jati merupakan tanaman tropika dan sub tropika yang sejak abad ke-9 telah dikenal sebagai pohon yang memiliki kualitas tinggi dan bernilai jual tinggi. Tanaman jati yang tumbuh di indonesia berasal dari India. Tanaman ini mempunyai nama ilmiah Tectona grandis Linn.f. (Sumarna,2003).
Pohon besar dengan batang yang bulat lurus, tinggi total mencapai 40 m. Batang bebas cabang (clear bole) dapat mencapai 18-20 m. Pada hutan-hutan alam yang tidak terkelola ada pula individu jati yang berbatang bengkok-bengkok. Sementara varian jati blimbing memiliki batang yang berlekuk atau beralur dalam; dan jati pring (Jw., bambu) nampak seolah berbuku-buku seperti bambu. Kulit batang coklat kuning keabu-abuan, terpecah-pecah dangkal dalam alur memanjang batang (Sumarna, 2001).
Pohon jati (Tectona grandis L.f) memiliki ciri-ciri adalah sebagai berikut :Bentuk pohon besar pada umur 100 tahun dengan tinggi 25-50 meter menurut bonitsit. Batang dapat bulat dan lurus apabila tumbuh ditempat yang subur, tapi pada tanah-tanah yang kurang subur dan tegakan yang kurang rapat serta akibat dari kebakaran dan pengembalaan mempunyai kecenderungan untuk melengkung. Batang-batang yang besar biasanya menunjukkan penampang yang tidak rata.Tajuk tidak beraturan, berbentuk bulat telur, terpasang agak rendah di tegakan-tegakan yang kurang rapat.Bentuk dahan bengkok-bengkok dan berlekuk-lekuk, bercabang banyak dengan ranting-ranting yang kasar, berpenampang empat persegi dan berbulu banyak. Daun berhadapan, berpucuk lancip dan bertangkai pendek. Bagian atas hijau kasar, bagian bawah daun hijau kekuning-kuningan, berbulu halus. Dengan diantaranya rambut-rambut kelenjar merah mengembung, kalau dirusak daunnya menjadi merah. (Hardjodarsono, 1976)
Menurut Sumarna (2003), sistem klasifikasi tanaman jati mempunyai penggolongan sebagai berikut :
Divisi                         Spermatophyta
Class                          Angiospermae
Sub Class                  Dicotyledonae
Ordo                          Verbenales
Familia                      Verbenaceae
Genus                        Tectona
Species                      Tectona grandis L.f.
Manfaat tanaman jati dari segi kayunya sampai akarnya adalah dimana kayu jati dikenal sebagai kayu yang paling berkualitas, kuat dan tahan rayap. Kayu tersebut umum digunakan sebagai bahan baku furnitur, aka1r kayu jati digunakan sebagai bahan kerajinan sedangkan daun dimanfaatkan sebagai alat pembungkus, misal makanan.
2.2     Hama Tanaman
Hama adalah semua binatang yang menimbulkan kerugian pada pohon hutan dan hasil hutan seperti serangga, bajing, tikus, babi, rusa dan lain-lain. Tetapi kenyataan di lapangan hama yang potensial dan eksplosif menimbulkan kerugian adalah dari golongan serangga. Sehingga masyarakat umumnya mengidentikan hama sama dengan serangga. (Pracaya, 2008).
Jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman jati yaitu, sebagai berikut :
a.    Hama Ulat Jati ( Hyblaea puera & Pyrausta machaeralis )
Hama ini menyerang pada awal musim penghujan, yaitu sekitar bulan Nopember – Januari. Daun-daun yang terserang berlubang-lubang dimakan ulat. Bila ulat tidak banyak cukup diambil dan dimatikan. Bila tingkat serangan sudah tinggi, maka perlu dilakukan pengendalian dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida.
b.    Hama Uret (Phyllophaga sp)
Hama ini biasanya menyerang pada bulan Pebruari – April. Uret merupakan larva dari kumbang. Larva ini aktif memakan akar tanaman baik tanaman kehutanan (tanaman pokok dan sela) maupun tanaman tumpangsari (padi, palawija, dll) terutama yang masih muda, sehingga tanaman yang terserang tiba-tiba layu, berhenti tumbuh kemudian mati. Jika media dibongkar akar tanaman terputus/rusak dan dapat dijumpai hama uret.
Kerusakan dan kerugian paling besar akibat serangan hama uret terutama terjadi pada tanaman umur 1-2 bulan di lapangan, tanaman menjadi mati. Serangan hama uret di lapangan berfluktuasi dari tahun ke tahun, umumnya bilamana kasus-kasus serangan hama uret tinggi pada suatu tahun, maka pada tahun berikutnya kasus-kasus kerusakan/serangan menurun.

c.    Hama Tungau Merah (Akarina)
Hama ini biasanya menyerang pada bulan Juni – Agustus. Gejala yang timbul berupa daun berwarna kuning pucat, pertumbuhan bibit terhambat. Hal ini terjadi diakibatkan oleh cairan dari tanaman/terutama pada daun dihisap oleh tungau. Bila diamati secara teliti, di bawah permukaan daun ada tungau berwarna merah cukup banyak (ukuran ± 0,5 mm) dan terdapat benang-benang halus seperti sarang laba-laba. Pengendalian hama tungau dapat dilakukan dengan menggunakan akarisida.
d.   Hama kutu putih/kutu lilin
Hama ini biasa menyerang setiap saat. Bagian tanaman yang diserang adalah pucuk (jaringan meristematis). Pucuk daun yang terserang menjadi keriting sehingga tumbuh abnormal dan terdapat kutu berwarna putih berukuran kecil. Langkah awal pengendalian berupa pemisahan bibit yang sakit dengan yang sehat karena bisa menular. Bila batang sudah mengkayu, batang dapat dipotong 0,5 – 1 cm di atas permukaan media; pucuk yang sakit dibuang/dimusnahkan. Jika serangan sudah parah dan dalam skala yang luas maka dapat dilakukan penyemprotan dengan menggunakan akarisida.
e.      Hama Lalat Putih (Bamisia tabaci genn)
Hama lalat putih memiliki gejala serangan yang ditandai dengan munculnya bergak netrotik pada daun akibat diisapnya cairan sel. Jika populasi tinggi, tanaman yang diserang tumbuh kerdil, terjadi klorosis pada daun, serta daun mengecil dan menggulung keatas. Selain itu pembentukan bunga dan buah bias berhenti secara bertiba-tiba sehingga buah yang dihasilkan tanaman menurun.
f.     Hama lalat putih merupakan serangga kecil bertubuh lunak. Lalat putih ini bukan lalat sejati, tetapi masuk dalam Ordo Homoptera. Hama ini berkembang sangat cepat secara eksponensial. Lalat putih betina dapat menghasilkan 150-300 telur sepanjang hidupnya. Waktu yang dibutuhkan dari tingkat telur sampai dengan dewasa siap bertelur hanya sekitar 16 hari. Lalat putih dapat menyebabkan luka yang serius pada tanaman dengan mencucuk mengisap cairan tanaman sehingga menyebabkan layu, kerdil, atau bahkan mati. Lalat putih dewasa dapat juga mentransmisikan beberapa virus dari tanaman sakit ke tanaman sehat.
g.    Hama Kupu Putih (Peloncat Flatid Putih)
Kasus serangan hama kupu putih dalam skala luas pernah terjadi pada tanaman jati muda di KPH Banyuwangi Selatan pada musim kemarau tahun 2006. Serangga ini hinggap menempel di batang muda dan permukaan daun bagian bawah. Jumlah individu serangga tiap pohon dapat mencapai puluhan sampai ratusan individu.
Hasil identifikasi serangga, diketahui bahwa serangga yang menyerang tanaman jati muda ini adalah dari kelompok peloncat tumbuhan (planthopper) flatid warna putih (famili Flatidae, ordo Homoptera/Hemiptera). Dari kenampakan serangga maka kupu putih yang menyerang jati ini sangat mirip dengan spesies flatid putih Anormenis chloris. Jenis-jenis serangga flatid jarang dilaporkan menyebabkan kerusakan ekonomis pada tanaman budidaya.
Nilai kehadiran serangga kupu putih (flatid putih) ini menjadi penting karena waktu serangan terjadi pada musim kemarau yang panjang. Tanaman jati yang telah mengurangi tekanan lingkungan dengan menggugurkan daun semakin meningkat tekanannya akibat cairan tubuhnya dihisap oleh serangga flatid putih.
2.3    Penyakit Tanaman
Penyakit adalah adanya kerusakan proses fisiologis yang disebabkan oleh suatu tekanan/gangguan yang terus menerus dari penyebab utama (biotik /abiotik) yang mengakibatkan aktivitas sel/jaringan menjadi abnormal, yang digambarkan dalam bentuk patologi yang khas yang disebut gejala/tanda. Gejala/tanda inilah yang memberikan petunjuk apakah pohon di dalam hutan sehat atau sakit. (Pracaya, 2008).
Penyakit tanaman hutan dapat disebabkan oleh banyak factor, baik factor biotik maupun biotik. Dalam pengertian umum dapat dinyatakan bahwa penyebab penyakit adalah pathogen (phatogen). Dalam pengertian luas, pathogen (pathos=menderita + gen=asal-usul) merupakan agen yang menyebabkan penderitaan (sakit). Tanaman hutan yang sakit disebut tanaman inang (Bambang, 2006).
            Jenis Penyakit potensial yang biasanya menyerang beberapa pohon hutan termasuk Jati (Tectona grandis L.f ) dalam suatu areal hutan yaitu :
a.    Penyakit akar 
Jenis gangguan pada  akar  tanaman Jati yang sering dijumpai adalah Pseudomonas Tectonae. Penyakit ini ditandai dengan adanyadaun yang menguning dan kemudian berubah menjadi coklat. Penyakit ini sulit diberantas. Selain itu juga dijumpai jamur akar Armilaria melea, Phellinus hellinus, Phellinus lamaonsis, Phellinus noxius, Helicobasidium compactum, Phellinus rhizomorpho, Ustulina deusta, Xylaria thwaittesii, Polyporus zonalis, Polyporus shoreae serta jenis cendawan akar merah Rigidoporus lignosus.
b.    Penyakit Batang
Jenis penyakit yang menyerang batang tanaman Jati diantaranya Corticium salmonicolor dan Nectria haematococca sebagai penyebab kanker batang. Serangannya ditandai dengan daun layu dan berwarna hitam gelap, muncul tubuh buah jamur yang menebal berwarna putih hingga merah jambu pada kulit luar, timbul benjolan lapisan gabus pada permukaan batang, kulit kayu pecah-pecah kemudian terjadi luka dan berlubang-lubang arah memanjang.
c.    Penyakit pucuk daun
Jenis penyakit yang menyerang pucuk daun yaitu Stemphyllum sp, dan  Phomopsi tectonae serta jenis Ganoderma applanatum dan Phellinus lamoensis  yang menyebabkan akar berwarna coklat. Jenis lain yang menyerang daun di antaranya Cercospora sp, Mycosphaerella sp, Sphaceloma sp, Sclerotium sp, Podospora sp, Xanthomonas sp, Rhizoctonia sp, Marasmius sp serta Phyllactinia sp.
Adapun serangan  penyakit pucuk daun dapat dilihat dari tanda-tanda munculnya bercak-bercak coklat tua, daun mengering dan kehilangan turgor, daun layu dan rontok, bila dicabut jaringan kayu berwarna gelap sampai hitam serta batang pada permukaan tanahmenjadi lunak dan basah.
2.4     Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang berasal dari spesies liar yang telah lama menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, atau spesies baru yang telah berkembang sejak timbulnya pertanian. Setiap kali manusia berusaha mengubah salah satu atau seluruh faktor lingkungan alami, seperti pembukaan hutan, pengolahan tanah, pengairan dan sebagainya, maka selalu akan berhadapan dengan masalah baru karena tumbuhnya tumbuhan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu akibat dari perubahan tersebut.
Berbagai batasan (definisi) gulma bersifat temporer (sementara) bergantung pada tempat dan waktu (objektif-subjektif). Beberapa definisi untuk gulma antara lain :
1.    Gulma adalah tumbuhan yang tidak sesuai dengan tempatnya;
2.    Gulma adalah tumbuhan yang tidak dikehendaki;
3.    Gulma adalah tumbuhan yang bernilai negatif;
4.    Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh secara spontan;
5.    Gulma adalah tumbuhan yang tidak berguna (belum diketahui kegunaannya).

Jenis-jenis Gulma pada Tanaman Hutan sebagai berikut :
a.          Golongan rumput (grasses)
Gulma golongan rumput, familia Gramineae/Poaceae. Deangan ciri, batang bulat atau agak pipih, kebanyakan berongga. Daun-daun soliter pada buku-buku, tersusun dalam dua deret, umumnya bertulang daun sejajar, terdiri atas dua bagian yaitu pelepah daun dan helaian daun. Daun biasanya berbentuk garis (linier), tepi daun rata. Lidah-lidah daun sering kelihatan jelas pada batas antara pelepah daun dan helaian daun.
Dasar karangan bunga satuannya anak bulir (spikelet) yang dapat bertangkai atau tidak (sessilis). Masing-masing anak bulir tersusun atas satu atau lebih bunga kecil (floret), di mana tiap-tiap bunga kecil biasanya dikelilingi oleh sepasang daun pelindung (bractea) yang tidak sama besarnya, yang besar disebut lemna dan yang kecil disebut palea. Buah disebut caryopsis atau grain. Contohnya Imperata cyliindrica, Echinochloa crusgalli, Cynodon dactylon, Panicum repens.
b.         Gulma golongan teki,
Familia Cyperaceae.Batang umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang juga bulat dan biasanya tidak berongga.Daun tersusun dalam tiga deretan, tidak memiliki lidah-lidah daun (ligula).Ibu tangkai karangan bunga tidak berbuku-buku. Bunga sering dalam bulir (spica) atau anak bulir, biasanya dilindungi oleh suatu daun pelindung. Buahnya tidak membuka. Contohnya Cyperus rotundus, Fimbristylis littoralis, Scripus juncoides.


c.          Golongan berdaun lebar (Broad leaves)
Gulma berdaun lebar umumnya termasuk Dicotyledoneae dan Pteridophyta. Daun lebar dengan tulang daun berbentuk jala. Contohnya Monocharia vaginalis, Limnocharis flava, Eichornia crassipes, Amaranthus spinosus, Portulaca olerace, Lindernia sp.
















III.    METODE PRAKTIKUM
3.1       Waktu dan Tempat Praktikum
3.2       Alat dan bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu parang, tali rafiah, meteran roll, kamera, tally sheet, kalkulator dan alat tulis menulis.
 Sedangkan bahan yang digunakan saat praktek yaitu tegakan Tanaman Jati
( Tectona grandis L.f).
3.3     Cara Kerja
Langkah-langkah dalam praktikum ini adalah pembuatan plot dengan ukuran 10m x 10m sebanyak 5 plot, selanjutnya mengidentifikasi gejala pada tanaman dengan cara melihat kondisi fisik yang ditimbulkan oleh tanaman seperti adanya daun berlubang, pucuk terpotong, batang berlubang dan sebagainya.


Gambar 1. Plot pengamatan Tegakan Jati ( Tectona grandis L.f)
Keterangan:
a.       Plot 1 dengan ukuran  10 m x 10 m
b.      Plot 2 dengan ukuran  10 m x 10 m
c.       Plot 3 dengan ukuran  10 m x 10 m
d.      Plot 4 dengan ukuran  10 m x 10 m
e.       Plot 5 dengan ukuran  10 m x 10 m
3.4     Analisis Data
a. Untuk mengetahui frekuensi serangan hama dan pathogen pada tanaman
     (www.academia.edu)
    Frekuensi Serangan  = Jumlah tanaman yang terserang dan yang mati x 100 %
                                                                         
Jumlah seluruh tanaman sampel
                                                               
b.  Untuk mengetahui intensitas serangan hama dan pathogen pada tanaman
     (www.academia.edu)
  Intensitas Serangan  =  X1Y1+X2Y2+X3Y3+X4Y4 x 100 %
                                                            XY4
Keterangan :
I           = intensitas serangan
X          = jumlah seluruh tanaman
X1-X4    = jumlah tanaman yang merana ringan (skor 1) sampai yanag mati (skor 4)
Y1Y4     = jumlah tanaman yang merana ringan sampai mati (1 sampai 4)
Adapun analisis data yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu menentukan dan mengalisis data yang didapatkan dalam praktikum, berikut rumus-rumus yang digunakan dalam perhitungan. Mentukan nilai (skor) serangan terhadap tanaman. dengan memakai tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Cara menentukan nilai (skor) serangan hama pada tanaman jati
Gejala pada tanaman
Skor
Sehat ( tidak ada gejala serangan atau ada serangan pada daun tapi sangat sedikit dibandingkan dengan luas dan seluruhnya.)
0
Merana ringan ( jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang sedikit atau daun rontok sedikit)
1
Merana sedang ( jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang agak banyak atau daun rontok agak banyak)
2
Merana berat ( jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing – masing daun yang terserang banyak)
3
Mati ( seluruh daun layu atau rontok atau tidak ada tanda – tanda kehidupan)
4


   Tabel 2.Cara menentukan kondisi tanaman akibat serangan hama atau pathogen
Intensitas Serangan
Kondisi Tanaman
0,1
>1-25
25-50
50-75
75-100
Sehat
Rusak ringan
Rusak sedang
Rusak berat
Rusak sangat berat














IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1     Hasil
4.1.1 Frekuensi dan Intensitas Serangan Hama dan Penyakit pada Tegakan Jati (Tectona grandis L.f)
Tabel 3.  Pengamatan Serangan Hama dan Penyakit di Lapangan Pada Plot 1
Nomor Tanaman
Kriteria
Ket
Sehat
(Xo)
Merana Ringan (X1)
Merana Sedang (X2)
Merana Berat (X3)
Mati (X4)
1


ü   


2
2


ü   


2
3

ü   



1
4

ü   



1
5


ü   


2
6


ü   


2
7

ü   



1
8

ü   



1
9


ü   


2
10

ü   



1
11

ü   



1
12

ü   



1
Jumlah
0
7
5
0
0
17

Tabel 4. Pengamatan Serangan Hama dan Penyakit di Lapangan Pada Plot 2
Nomor Tanaman
Kriteria
Ket
Sehat
(Xo)
Merana Ringan (X1)
Merana Sedang (X2)
Merana Berat (X3)
Mati (X4)
1


ü   


2
2

ü   



1
3



ü   

3
4

ü   



1
5

ü   



1
6


ü   


2
7

ü   



1
8


ü   


2
9


ü   


2
10

ü   



1
11


ü   


2
12


ü   


2
Jumlah
0
5
6
1
0
20

Tabel 5. Pengamatan Serangan Hama dan Penyakit di Lapangan Pada Plot 3
Nomor Tanaman
Kriteria
Ket
Sehat
(Xo)
Merana Ringan (X1)
Merana Sedang (X2)
Merana Berat (X3)
Mati (X4)
1


ü   


2
2

ü   



1
3

ü   



1
4

ü   



1
5

ü   



1
6


ü   


2
Jumlah
0
4
2
0
0
8

Tabel 6. Pengamatan Serangan Hama dan Penyakit di Lapangan Pada Plot 4
Nomor Tanaman
Kriteria
Ket
Sehat
(Xo)
Merana Ringan (X1)
Merana Sedang (X2)
Merana Berat (X3)
Mati (X4)
1



ü   

3
2

ü   



1
3

ü   



1
4

ü   



1
5

ü   



1
6


ü   


2
Jumlah
0
4
1
1
0
9

Tabel 7. Pengamatan Serangan Hama dan Penyakit di Lapangan Pada Plot 5
Nomor Tanaman
Kriteria
Ket
Sehat
(Xo)
Merana Ringan (X1)
Merana Sedang (X2)
Merana Berat (X3)
Mati (X4)
1



ü   

3
2

ü   



1
3


ü   


2
4


ü   


2
Jumlah
0
1
2
1
0
8

4.1.2 Menentukan Frekuensi dan Intensitas Serangan Hama dan Penyakit Pada Plot 1 sampai Plot 5
a) Plot 1
Frekuensi Serangan     =    0+7+5+0+0  x 100 %
                                                   12
 =  12   x  100 %
                                         12
                                    = 100 %
Intensitas Serangan     = X1 Y1 + X2Y2 + X3Y3 + X4Y4  x 100 %
                                                XY4

                        = (0.0)+(7.1)+(5.2)+(0.3)+(0.4) x 100 %
                                                 12.4
           
                        = 17  x 100%
                           48

                        = 35, 41 % ( Rusak Sedang )

b) Plot 2

Frekuensi Serangan     =    0+5+6+1+0  x 100 %
                                                   12
=  12   x  100 %
                                        12
                                    = 100 %
Intensitas Serangan     = X1 Y1 + X2Y2 + X3Y3 + X4Y4  x 100 %
                                                XY4

                        = (0.0)+(5.1)+(6.2)+(1.3)+(0.4) x 100 %
                                                 12.4
           
                       = 20  x 100%
                           48

                        = 41,66 % ( Rusak Sedang )

c) Plot 3

Frekuensi Serangan     =    0+4+2+0+0  x 100 %
                                                   6
 =    x  100 %
                                         6
                                    = 100 %
Intensitas Serangan     = X1 Y1 + X2Y2 + X3Y3 + X4Y4  x 100 %
                                                XY4

                        = (0.0)+(4.1)+(2.3)+(0.3)+(0.4) x 100 %
                                                 6.4
           
                        = 10  x 100%
                           24

                        = 41,66 % ( Rusak Sedang )

d) Plot 4

Frekuensi Serangan     =    0+4+1+1+0  x 100 %
                                                   6
 =     x  100 %
                                          6
                                    = 100 %
Intensitas Serangan     = X1 Y1 + X2Y2 + X3Y3 + X4Y4  x 100 %
                                                XY4

                        = (0.0)+(4.1)+(1.2)+(1.3)+(0.0) x 100 %
                                                 6.4
         
                        =  9  x 100%
                           24

                        = 37,5 % ( Rusak Sedang )



e) Plot 5

Frekuensi Serangan     =    0+1+2+1+0  x 100 %
                                                   6
  =  4   x  100 %
                                          4
                                    = 100 %
Intensitas Serangan     = X1 Y1 + X2Y2 + X3Y3 + X4Y4  x 100 %
                                                XY4

                        = (0.0)+(1.1)+(2.2)+(1.3)+(0.4) x 100 %
                                                 6.4
           
=  8  x 100%
                           24

                        = 33,33 % ( Rusak Sedang )

   Tabel 8. Jumlah rata-rata Fs dan Is  Hama dan Peyakit pada Plot 1-5
No Plot
Fs ( 100%)
Is ( 100%)
Kerusakan
1
100
35, 41
Rusak Sedang
2
100
41,66
Rusak Sedang
3
100
41,66
Rusak Sedang
4
100
37,5
Rusak Sedang
5
100
33,33
Rusak Sedang
Jumlah
500
189,56
Rata-rata
100
37,91
Rusak Sedang






4.1.3    Kerusakan pada tegakan tanaman Jati ( Tectona Grandis L.F ) akibat Faktor Biotik, Abiotik Dan Sosial

Tabel 9. Kerusakan Akibat Faktor Biotik
No.
Penyebab Kerusakan
Bagian Tanaman
yang rusak/bentuk
penyerangan
Tanda/gejala
kerusakan

1
Hama semut
Batang
Bagian tertentu pada batang mengelupas

   2
Hama belalang
Daun
Daun menjadi
berlubang

   3
Hama Ulat
Daun
Serang terlihat jelas pada daun yang berlubang dan menguning

   4
Penyakit kanker batang
Batang
Serangan terlihat sangat jelas dan terdapat cacat pada bekas cabang


   5
Penyakit daun menguning
Daun
Serangan terlihat sangat jelas pada daun yang menguning


   6
Penyakit Pelapukan Batang
Batang
Ditandai dengan terkelupasnya kulit batang, lunaknya kulit dan mudah hancur






Tabel 10. Kerusakan Akibat Faktor Abiotik
No
Penyebab kerusakan
Bagian Tanaman yang rusak
Tanda/gejala kerusakan

1

Cahaya
Hampir seluruh bagian tanaman, terutama pada bagian daun
Cahaya yang didapat oleh tanaman kurang sehingga membuat warna daun terlihat agak pucat

2

Air
Hampir seluruh bagian tanaman
Pertumbuhan Tanaman Jati pada plot ini tidak normal, akibat kekurangan kandungan air

  3

Temperature
Hampir seluruh bagian tanaman
Kondisi tanaman yang berada diplot ini kurang baik, akibat suhu yang kadang panas dan kadang menjadi dingin

Tabel 11. Kerusakan Akibat faktor Sosial
No
Penyebab Kerusakan
Tanda/gejala kerusakannya

1

Pencurian hasil hutan
Beberapa pohon sengaja ditebang dan kulit diambil karna kulit jati juga memiliki manfaat

2

Penanaman tanaman lain  (Tumpang sari )
Pertumbuhan tanaman tidak normal karena kurangnya kandungan air yang diperoleh tanaman jati akibat adanya tanaman lain yang ditanaman jati yang mengambil sebagian unsur hara dalam tanah yang di butuhkan tanaman jati

3

Penggembalaan
Beberapa bagian pohon rusak dan tanah disekitar pohon menjadi agak padat karena terinjak oleh hewan ternak, daun tanaman muda juga menjadi rusak karna dimakan ternak


















4.2    Pembahasan
         Berdasarkan hasil perhitungan intensitas serang hama dan penyakit, dan berdasarkan table menentukan kondisi tanaman. Pada plot pertama hasil perhitungan intensitas serangan hama dan penyakit pada tanaman jati adalah sebesar 35,41% , dengan nilai tersebut maka kondisi tanaman pada plot pertama dapat dikatakan sebagai kondiai rusak sedang karena berada (>25-50 %). Pada plot kedua, nilai intensitas sebesar 41,66 % kondisi ini dapat dikatakan sebagai kondisi rusak sedang karena berada pada (>25-50 %). Begitu pula pada plot ketiga, keempat, dan kelima. Kondisi tanaman jati pada plot ini berada pada kondisi rusak sedang karena nilai intensitasnya berada pada (>25-50 %).
         Pada tegakan jati ( Tectona grandis L.f ) ini menggunakan bibit yang tidak bersertifikat. Menyebabkan banyak pohon yang terserang hama dan penyakit pada tegakan jati ( Tectona grandis L.f ) yang kami amati. Salah satu jenis penyakit yang terdapat pada tegakan jati ( Tectona grandis L.f ) yang kami amati yaitu kanker batang. Hal tersebut terjadi akibat serangan dari hewan sekitar area tegakan berupa gigitan pada batang.yang menyebabkan terjadinya luka pada batang, kemudian mikroorganisme hinggap di tempat luka tersebut yang menyebabkan Kanker batang pada tegakan jati ( Tectona grandis L.f ).
         Hama yang terdapat pada sekiar tegakan jati ( Tectona grandis L.f ) yang di amati terdapat banyak serangga yang berupa belalang , semut merah besar dan ulat. Semut merah besar banyak beraktifitas pada daun dan kulit batang pohon jati. Dan pada pertumbuhan batang pada tegakan jati ( Tectona grandis L.f ) tidak terlalu lurus dan banyak daun yang berlubang-lubang akibat dimakan ulat-ulat.
         Hama dan penyakit hutan menyerang hutan tanaman tanaman maupun hutan alam, namun pengaruh dan dampak tingkat kerusakan pada hutan tanaman yang monokultur akan jauh lebih besar. Kerusakan yang terjadi pada tegakan jati ( Tectona grandis L.f ) selain disebabkan oleh factor biotik berupa hama dan penyakit juga di pengaruhi oleh factor abiotik dimana kerusakan dapat disebabkan oleh cahaya, air dan temperature. Serta kerusakan pada tegakan jati ( Tectona grandis L.f ) juga dapat disebabkan oleh faktor sosial dimana dalam hal ini yang sangat berperan yaitu manusia dengan berbagai aktifitas kegiatannya yang dapat merusak ekosistem lingkungan














V.      KESIMPULAN DAN SARAN
5.1         Kesimpulan
            Berdasarkan hasil dan pembahasan yang ada pada lembar sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :
1                 Jenis-jenis hama yang menyerang tanaman jati di Desa Jono Oge adalah kelompok serangga yaitu belalang, semut hitam, kupu putih, kutu putih dan ulat, sedangkan untuk gejala penyakit akibat serangan hama adalah kanker batang, daun berlubang dan menguning serta pelapukan pada batang.
2                 Pada plot 1-5  rata-rata serangan hama dan penyakit memiliki frekuensi sebesar 100% dan intensitas serangan 37,91% dan tergolong dalam kategori rusak sedang.
3                 Jenis-jenis gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman jati di  desa ini adalah gulma alang-alang, gulma pakis kadal, gulma rumput putih dan gulma sembung rambat.
3.1         Saran


Tidak ada komentar:

Posting Komentar